KONSULTASI TELP/WA 0813 1742 6708


terapi ruqyah gangguan jin, rahim wanita, efek setelah ruqyah, penyakit stroke, cara menghilangkan sihir, santet, guna-guna

Terapi Ruqyah Rumah Sehat

Ruqyah Mandiri Untuk Yang Sulit Melahirkan

Ayat-Ayat yang Digunakan dalam Bacaan Ruqyah dan Doa Ketika Sulit Melahirkan

Ada banyak ayat dalam al-Quran yang digunakan oleh para ulama sebagai bacaan ruqyah dan doa ketika sulit melahirkan.
Pertama, Ayat ruqyah ketika sulit melahirkan yang terdapat dalam hadits
Ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa ketika Fatimah radhiyallahu ‘anha melahirkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Ummu Salamah dan Zainab radhiyallahu ‘anhuma untuk membacakan beberapa ayat.
حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَامِرٍ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ خُنَيْسٍ، حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَطَاءٍ، ثنا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي عِيسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْقُرَشِيُّ، عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ الْحُسَيْنِ، يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أُمِّهِ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: ” أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا دَنَا وِلَادُهَا أَمَرَ أُمَّ سُلَيْمٍ، وَزَيْنَبَ بِنْتَ جَحْشٍ أَنْ تَأْتِيَا فَاطِمَةَ، فَتَقْرَآ عِنْدَهَا آيَةَ الْكُرْسِيِّ، وَ {إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ} [الأعراف: 54] إِلَى آخِرِ الْآيَةِ، وَتُعَوِّذَاهَا بِالْمُعَوِّذَتَيْنِ “
Ali bin Muhammad bin Amir telah menceritakan kepadaku, Abdullah bin Muhammad bin Khunais telah menceritakan kepada kami, Musa bin Muhammad bin ‘Atha’ telah menceritakan kepada kami, Baqiyyah bin al-Walid telah menceritakan kepada kami, Isa bin Ibrahim al-Qurasyi telah menceritakan kepada kami, dari Musa bin Abi Habib, ia berkata, aku mendengar Ali bin al-Husain berbicara tentang ayahnya, dari Ibunya, Fatimah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika (Fatimah) melahirkan putranya, beliau memerintahkan Ummu Salamah dan Zainab binti Jahsy untuk mendatangi Fatimah, lalu keduanya membacakan kepda Fatimah ayat kursi, dan inna rabbakumullah (QS. Al-A’raf: 54) sampai akhir ayat, dan memohonkan perlindungan dengan mu’awidzatain.
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakr Ahmad bin Muhammad bin Ishaq ad-Dainuri asy-Syafi’i yang populer dengan nama Ibnu as-Sunni (w. 364H) dalam kitabnya Amal al-Yaumi wa al-Lailati hadits nomor 210, halaman 377.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga menyebutkan hadits ini dalam bukunya Al-Kalim ath-Thayyibhadits nomor 210 (hlm. 161) dengan penambahan teks “…dan surat Yunus ayat 3….”
Namun ternyata syaikh Nashiruddin al-Albani dalam takhrij beliau terhadap hadits ini menjelaskan bahwa ini hadits maudhu’.  Dalam disiplin imu hadits, hadits maudhu’ didefinisikan sebagai perkataan yang dibuat dan diada-adakan oleh seseorang kemudian dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Istilah lainnya, hadits palsu.
Di dalamnya terdapat perawi bernama Musa bin Muhammad bin Atha’. Tentang perawi ini Imam adz-Dzahabi berkomentar, “Dia salah satu dari perusak (hadits). Dinilai dusta oleh Abu Zur’ah dan Abu Hatim.” An-Nasa’i juga berkomentar, “Dia tidak tsiqah.” Ibnu Hibban juga berkomentar, “Tidak boleh meriwayatkan darinya, ia memalsukan hadits.”
Di hadits tersebut juga terdapat perawi bernama Isa bin Ibrahim al-Qurasyi. Al-Bukhari dan an-Nasa’i berkomentar, “Dia suka memunkarkan hadits.” Abu Hatim, an-Nasa’i dan adz-Dzahabi juga berkomentar, “Dia matruk.” (Al-Kalim ath-Thayyib, Syaikh Ibnu Taimiyah, takhrij: Syaikh al-Albani, hadits No. 210, hlm. 161)
Abdurrahman Kautsar bin asy-Syaikh Muhammad ‘Asyiq Ilahi al-Barni menjelaskan, di dalam mata rantai riwayatnya terdapat perawi bernama Musa bin Muhammad bin Atha’, ia dikenal sebagai wadhi’ul hadits; suka memalsu hadits. Ada juga perawi bernama Musa bin Abi Habib, ia dianggap dha’if oleh Abu Hatim. (Al-Mizan,4/219, 202; Amal al-Yaumi wa al-Lailati, Ibnu as-Sunni, 377)
Baca juga: Keberanian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Memperjuangkan Islam
Kedua, ayat Ruqyah ketika sulit melahirkan yang bersumber dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
Bacaan Ruqyah li tashili al-Wiladah  yang bersumber dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ini barangkali adalah bacaan yang pertama kali ada (selain dari riwayat di atas). Namun yang harus dicatat baik-baik adalah bahwa bacaan-bacaan ini riwayatnya mauquf (terhenti) kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma saja. Bukan tersambung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
أَخْبَرَنَا أَبُو طَاهِرٍ الْفَقِيهُ، أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ السُّلَمِيُّ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ عُتَيْبَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِي الْمَرْأَةِ يَعْسُرُ عَلَيْهَا وَلَدُهَا قَالَ: يُكْتَبُ فِي قِرْطَاسٍ ثُمَّ تُسْقَى: بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَكِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللَّهِ تَعَالَى رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، {كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، بَلَاغٌ، فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ} [الأحقاف: 35] ، {كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا} [النازعات: 46] “. هَذَا مَوْقُوفٌ عَلَى ابْنِ عَبَّاسٍ
Abu Thahir al-Faqih telah mengabarkan kepada kami, Abu Bakar  al-Qaththan telah mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Yazid as-Sulami telah menceritakan kepada kami, Hafsh bin Abdirrahman telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdirrahman bin Abi Laila telah menceritakan kepada kami, al-Hakam bin Utaibah telah menceritakan kepada kami, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, tentang seorang wanita yang kesulitan dalam proses lahiran anaknya, beliau berkata,
“Bacaan ini dituliskan di atas kertas kemudian diminum:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَكِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللَّهِ تَعَالَى رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، بَلَاغٌ، فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
“Dengan nama Allah yang tiada Ilah kecuali Dia, yang Maha Bijaksana dan Maha Mulia. Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi Rabb Arsy yang Agung, segala puji hanya milik Allah Rabb seluruh Alam.”
“Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah).”
“Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari.”
Perlu diketahui, hadits mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan. Hadits mauquf bisa saja statusnya shahihhasan, atau dha’if.
Hadits mauquf ini diriwayatkan oleh imam Al-Baihaqi dalam kitab ad-Da’awat al-Kabir nomor 565.
Secara sanad, dalam mata rantai riwayat tersebut terdapat perawi bernama Muhammad bin Abdirrahman bin Abi Laila. Beliau disebut sebagai perawi yang shaduq sayyi’ul hifdzi jiddan; Jujur tapi hafalannya buruk sekali. (At-Taqrib, Ibnu Hajar, 6121)
Ibnu Sinni (atau Ibnu Sunni) meriwayatkan—secara marfu’ dengan lafal yang mirip—dari Abdullah bin Muhammad bin al-Mughirah, ia berkata, Sufyan ats-Tsauri mengabarkan kepadaku dari Ibnu Abi Laila.
Sementara perawi bernama Abdullah bin Muhammad bin al-Mughirah al-Kufi dikomentari oleh Abu Hatim sebagai perawi yang “Laisa bil Qawiy”; tidak kuat hafalannya.
Ibnu Yunus juga mengomentari, “Munkirul Hadits” (Suka memunkarkan hadits).
Ibnu ‘Adi berkomentar, “Kebanyakan hadits yang ia riwayatkan tidak bisa diikuti.”
Ibnu al-Madini berkomentar, “Dia hanya sendiri meriwayatkan hadits dari ats-Tsauri.”
Al-’Uqaili berkomentar, “Dia menyimpang dalam sebagian haditsnya dan menyampaikan sesuatu tanpa ada sumbernya.” (Al-Mizan, Imam adz-Dzahabi, 2/487; Al-Lisan, Ibnu Hajar, 3/332-333; Ad-Da’awat al-Kabir, Imam al-Baihaqi, 2/198)
Baca juga: Bolehkah Wanita Muslimah Menikah dengan Pria non-Muslim?
Ketiga, ayat ruqyah ketika sulit melahirkan yang bersumber dari kitab karya Imam al-Ghazali.
Dalam kitab Ath-Thibb ar-Ruhani lil Jismi al-Insani fi ‘Ilmi al-Harfi (hlm. 69), Imam al-Ghazali menyebutkan beberapa ayat yang jika dibaca ketika sedang proses lahiran, akan memperlancar proses lahirannya. Al-Ghazali menuliskan,
يُسْتَحَبُّ أَنْ يَقْرَأَ عِنْدَ الْوِلَادَةِ وَهِيَ: الطَّلَقُ، آيَةُ الْكُرْسِي، وَإِنَّ رَبَّكُمُ الَّذِي.. اَلْآيَةُ، وَالْإِخْلَاصُ، وَالْمُعَوِذَتَيْنِ، وَالْفَاتِحَةُ
“Dianjurkan ketika proses lahiran membaca: Surat ath-Thalaq, Ayat Kursi, ayat Inna rabbakum.. (Al-A’raf: 54), surat al-Ikhlash, surat Mu’awwidzatain, dan surat al-Fatihah.”
Baca juga: Doa Gempa Bumi; Apakah Ada Bacaan Khusus yang Dicontohkan Rasulullah?
Keempat, ayat ruqyah ketika sulit melahirkan yang bersumber dari kitab karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Ibnu Qayyim juga menyinggung soal bacaan ruqyah dan doa ketika sulit melahirkan dalam kitab beliau yang berjudul Zadul Ma’ad (Zadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,  Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, 4/327).
Menurut beliau, ayat yang bermanfaat untuk melancarkan proses lahiran adalah surat al-Insyiqaq ayat 1-4.
اِذَا السَّمَاۤءُ انْشَقَّتْۙ. وَاَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْۙ. وَاِذَا الْاَرْضُ مُدَّتْۙ. وَاَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَتَخَلَّتْۙ
Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah semestinya patuh, dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.” (QS. Al-Insyiqaq: 1-4)
Selain ayat itu, beliau juga menyebutkan ayat lain yang sumber informasinya berasal dari Abdullah bin Ahmad (Putra Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah). Ayat tersebut adalah:
كَاَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوْعَدُوْنَۙ لَمْ يَلْبَثُوْٓا اِلَّا سَاعَةً مِّنْ نَّهَارٍ ۗ بَلٰغٌ ۚ
Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan.” (QS. Al-Ahqaf: 35)
كَاَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوْٓا اِلَّا عَشِيَّةً اَوْ ضُحٰىهَا
Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari.” (QS. An-Nāzi’at: 46)
Pendapat Ibnu Qayyim rahimahullah ini juga dijadikan rujukan oleh banyak ulama kontemporer seperti Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid, dan lainnya.
 Baca juga: Fikih Instan: Anggota Wudhu Terluka, Bagaimana Wudhunya?
Kelima, ayat ruqyah ketika sulit melahirkan yang bersumber dari Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah.
Dalam beberapa fatwanya, Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah pernah ditanya apakah ada ayat tertentu yang dibaca dengan tujuan untuk memudahkan proses lahiran.
Kemudian beliau menyebutkan beberapa ayat al-Quran. Beliau menjelaskan, bacaan-bacaan ini akan bermanfaat dan mujarab, insyaallah. Dan al-Quran itu seluruhnya adalah syifa’; penyembuh. Jika orang yang membacanya dan orang yang dibacakan benar-benar yakin dengan pengaruh ayat tersebut, maka ayat tersebut akan mendatangkan pengaruh. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darbi,  Muhammad bin Shalih bin Muhammad al-’Utsaimin, 4/2. Versi al-Maktabah asy-Syamilah)
Ayat-ayat tersebut antara lain:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)
وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِه
Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya.” (QS. Fathir: 11)
إِذَا زُلْزِلَتِ الأَرْضُ زِلْزَالَهَا. وَأَخْرَجَتِ الأَرْضُ أَثْقَالَهَا
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya.” (QS. Az-Zalzalah: 1-2)
Pada kesempatan lain beliau rahimahullah menyebutkan formulasi bacaan ayat yang lain. Yakni, surat ar-Ra’d ayat 8, surat al-Fathir ayat 11, dan surat al-Zalzalah ayat 1 dan 2. (Al-Liqa’ asy-Syahri, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, No. 31 hlm. 2)

Sumber: dakwah.id

Tidak ada komentar:

Disqus Shortname

ads 728x90 B

Facebook

Diberdayakan oleh Blogger.