KONSULTASI TELP/WA 0813 1742 6708


terapi ruqyah gangguan jin, rahim wanita, efek setelah ruqyah, penyakit stroke, cara menghilangkan sihir, santet, guna-guna

Terapi Ruqyah Rumah Sehat

Sembuh dari Sakit Dalam 5 Langkah.

Sembuh Dari Sakit Dalam 5 Langkah.


5 tahapan sembuh dari sakit

Sembuh Dari Sakit dalam 5 langkah Tidak selamanya kerundungan harus disesali, bahkan dilarang ketika sudah menjadi takdir ilahi.  Termasuk seseorang yang jatuh sakit dalam suatu waktu,  diantara banyak waktu yang dilaluinya dalam kondisi bugar dan sehat.

Dan menginginkan kesembuhan dari sakitnya.

Allah menguji seorang hamba sesuai dengan beban yang sanggup disandangnya.  Dan sakit adalah salah satu cara Allah menguji hamba-Nya.

Banyak ibrah dan hikmah yang bisa dipetik ketika seseorang dalam kondisi sakit dan jasad melemah, caranya dengan membuka dan menajamkan indra keimanan dan kita akan memperolehnya. 


Oleh karena itu kondisi ketika sakit idealnya menjadikan seseorang makin dekat kepada sang Pencipta.  Diantaranya karena merasakan kelemahan dan kekerdilan jasadi seorang makhluk di depan al Khalik.  Kebutuhan dan ketergantungan seorang hamba kepada Tuhannya tiada bertepi.

Bergantung kepada Sang Khalik itu kenikmatan tiada tara.  Bagi yang pandai mengambil ibrah dari setiap detik yang dilalui dalam kehidupannya.

Fudhail bi Iyadh pernah mengatakan:

والله، لو يئست من الخلق حتى لا تريد منهم شيئا، لأعطاك الله مولاك كل ما تريد.

“Demi Allah, seandainya engkau benar-benar putus asa dari makhluk hingga engkau tidak berharap sedikitpun dari mereka, niscaya Allah akan memberimu semua yang engkau inginkan.” (Jami’ul Ulum wal Hikam).

Artinya, ketika hanya kepada Allah harapan dan sandaran kita satu-satunya, maka Dia memberi semuanya.

Walaupun demikian, ketika seseorang dalam kondisi kurang sehat, secara basyariah pastilah menginginkan kesembuhan.

Ada 5 langkah menuju kesembuhan yang hendaknya setiap kita melaluinya ketika sedang sakit:

  1. Ikhlas dan Sabar

Sebagai seorang yang beriman, memahami betul bahwa setiap tempat. waktu, kondisi, situasi mereka adalah dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.

Sakit adalah suatu situasi dan kondisi yang melingkupi seorang hamba dalam beribadah kepada Allah.  Salah satu syarat agar diterima ibadahnya adalah ikhlas dan ridho dengan keadaannya, walaupun ada ketidaknyamanan dari saat demi saatnya.

Kisah Nabi Ayub sangat jelas memberikan pelajaran kehidupan buat kita. Bertahun-tahun ia bertarung melawan penyakitnya. Tetapi, beliau tetap ikhlas dan sabar. Tak ada keluh kesah meski orang-orang terdekatnya menjauhinya satu persatu.  Akan tetapi Tuhan Yang Maha Esa terasa makin dekat dengannya.

Artikel menarik lainnya: Perjalanan dinas berujung santet.

Lain lagi dengan cicit Rasulullah SAW, Ali Zainal Abidin. Beliau kadang bingung, manakah yang harus disyukuri antara kondisi bugar dah sehat dibandingkan dengan kondisi sakit. 

Bagi beliau, sehat dan sakit adalah kenikmatan. Saat sehat, ia bisa menikmati rezeki Allah SWT dan leluasa melaksanakan segala macam ibadah dan ketaatan. 

Ketika sakit, dosa-dosanya banyak yang terhapus dan otomatis hatinya menjadi lebih bersih dan suci.

Ali Zainal Abidin sama dengan kita, manusia biasa.  Maka akhlaknya dihadapan Allah bukan sesuatu yang mustahil kita teladani.

Kondisi ini hanya terjadi kepada orang-orang yang ikhlas dan sabar ketika mendapatkan ujian sakit.  

Ketika kita ridha akan semua ketentuan Allah dan sabar dalam melaluinya maka ganjaran Allah sangat besar kepada ahli musibah, diantaranya musibah menderita sakit.

"Sesungguhnya besarnya balasan disertai dengan besarnya musibah. Sesungguhnya Allah bila mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Maka siapa yang ridha, dia akan memperoleh keridhaan dan siapa yang murka, ia akan memperoleh kemurkaan." (HR at-Tirmidzi).

"Tidaklah menimpa seorang mukmin satu kepayahan pun, tidak pula sakit yang terus-menerus, tidak pula kecemasan, kesedihan, gangguan, dan tidak pula kesusahan sampai-sampai duri yang menusuknya, kecuali dengan semua itu Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya." (HR Bukhari dan Muslim).

Allah Maha Pemurah kepada para hamba-Nya.

  2. Berdoa

Banyak orang ragu manakah yang lebih dahulu: Berdoa dulu baru berikhtiar, atau berikhtiar dulu setelahnya baru berdoa?


Penulis mengajak kita semua merenungi kisah Nabi Musa AS ketika sakit gigi.  Ya, kisah ini tentang Nabi Musa yang mengobati giginya yang sakit.

Kisah ini diambil dari kitab Kifayatul Awwam karya Ibrahim al Bajuri.

Suatu ketika Nabi Musa AS menderita sakit gigi.  Karena yang sakit giginya, bagian tubuh yang banyak terdapat syaraf, maka beliau pun merasakan keadaan yang tidak mengenakkan dan cukup mengganggu. Lebih dari itu, sekujur tubuh Nabi Musa juga terasa ikut merasakan sakit.

Nabi Musa AS lalu mengadukan masalah sakit giginya itu kepada Allah Swt, dan Allah berfirman kepadanya, “Ambillah rumput fulani dan letakkanlah di atas gigimu yang sakit.”

Mendengar perintah tersebut, Nabi Musa As  kemudian langsung bergegas mencari tanaman tersebut dan meletakkannya pada gigi yang sakit dengan maksud untuk mengobatinya.

Atas kehendak Allah SWT, sakit gigi yang diderita Nabi Musa As akhirnya hilang. Sakit gigi yang beliau rasakan langsung sembuh dan tak lagi terasa sakit, beliau pun lantas bisa beraktifitas seperti biasanya.

Namun sekian waktu berjalan, keluhan sakit gigi yang diderita Nabi Musa AS itu kambuh lagi. Karena beliau sudah mengetahui bahwa rumput fulani yang pernah diambil dulu bisa menyembuhkan sakit gigi yang diderita. Maka tanpa pikir panjang Nabi Musa AS langsung mengambil rumput tersebut untuk mengobati sakit giginya.

Beliau meletakkan rumput itu pada giginya yang sakit sebagaimana dulu pertama dia lakukan. Nabi Musa Aa begitu mantab dan yakin, bahwa rumput itulah yang berkhasiat menyembuhkan sakit gigi.

Di luar dugaannya, setelah mengobatinya dengan rumput itu, sakit gigi yang diidapnya bukannya sembuh, malah lebih parah dari yang semula. Padahal, Nabi Musa AS merasa tidak salah untuk mengambil rumput yang sama untuk mengobati giginya tersebut.

Rumput yang beliau gunakan untuk obat sama persis seperti yang dahulu pertama kali diambilnya. Nabi Musa pun akhirnya kembali memohon pertolongan kepada Allah SWT dan lantas berdoa,

“Wahai Tuhanku, bukankah Engkau yang telah memerintahkanku untuk berobat dengan rumput ini, dan Engkau telah menunjukanku kepada-nya?”

Maka Allah Swt berfirman, “Wahai Musa! Aku adalah yang menyembuhkan dan Akulah yang mengobati. Akulah yang memberi mudharat dan Akulah yang memberi manfaat. Engkau telah bermaksud kepadaku pada saat yang pertama maka Akupun menghilangkan sakitmu dan sekarang engkau bermaksud kepada rumput itu dan tidak bermaksud kepadaku.”

Ketika pertama kali merasakan sakit, maka indra keimanan kita mengatakan bahwa hanya Allah yang bisa menyembuhkan dan menjadikan kondisi kesehatan kita seperti sedia kala.  Demikianlah salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Nabi Musa tadi.

Dokter, tabib, ahli ruqyah, obat-obatan, terapis dan herbal hanyalah sarana dan bagian ikhtiar untuk sembuh, tapi semuanya itu bergantung kepada ketetapan Allah SWT.

Oleh karena itu berdoa kepada Allah menjadi sesuatu yang wajib kita lakukan untuk meraih kesembuhan.

  3. Ikhtiar

Secara bahasa, kata ikhtiar berasal dari bahasa arab  اختارُ- يَخْتارُ- اِخْتِيَارُ
yang berarti memilih. Selanjutnya, ikhtiar diartikan berusaha, karena pada hakikatnya orang yang berusaha adalah berarti memilih. Memilih kepada suatu kondisi yang lebih baik.

Ikhitar berarti melakukan suatu kegiatan dengan maksud untuk memperoleh suatu hasil yang dikehendaki.


Adapun dalil-dalil yang mewajibkan manusia untuk berikhtiar antara lain sebagai berikut :

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung" (QS. al Jumu'ah: 10)

Sabda Rasulullah sebagai berikut :

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجِزْ، فَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا؛ وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ.

"Bersemangatlah kamu menempuh apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah sekali-kali kamu malas. Jika sesuatu menimpamu, janganlah kamu katakan "Seandainya dahulu aku lakukan ini dan itu niscaya akan demikian dan demikian". Namun katakanlah,"Inilah takdir Allah, apa yang Ia kehendaki pasti terjadi".

Ikhtiar hukumnya adalah wajib.  Ketika kita menginginkan kehidupan yang lebih baik.  Demikian juga kalau kita mempunyai obsesi menjadi hamba Allah yang ta'at sebagaimana keinginan kita masuk ke syurganya Allah, maka kita wajib berikhtiar.

Dan kalau kita berkeinginan sembuh dari suatu penyakit,  ikhtiar adalah salah satu tahapan yang mesti kita lalui untuk memperoleh kesembuhan.

  4.  Tawakkal

Salah seorang salaf mengatakan, “Seandainya seseorang bertawakkal kepada Allah dengan niat yang tulus.  Maka ia tidak membutuhkan dengan para penguasa, apalagi yang di bawahnya.”

Kedudukan tawakkal kepada Allah sangat tinggi dalam syariat agama Islam, bahkan yang utama karena menyangkut perkara aqidah dan keimanan.

Sesungguhnya orang yang bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa melihat bahwa penguasa dunia dan akhirat adalah Allah Azza wa Jalla. 

Penglihatan ini akan terhalang kalau seseorang dikuasai dunia dan mengikuti hawa nafsunya.  Dunia dan hawa nafsu ibarat kotoran yang menghalangi pandangan.

Allah Ta’ala memerintahkan  para hamba-Nya agar bertawakal kepada-Nya.

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati.” [Quran Al-Furqan: 58].

Ketika doa-doa khusus kesembuhan sudah dipanjatkan, ikhtiar yang secara manusiawi sudah dilaksanakan secara maksimal, sekarang saatnya menyerahkan sepenuhnhya ke hadhirat Allah SWT menunggu sebaik-baik hasil.  Berbaik sangka adalah langkah yang tepat dalam masa-masa penantian.

Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya termasuk diri kita sendiri, maka Dia yang memahami bagaimana karunia terbaik diberikan kepada para hamba-Nya.

Insya Allah kesembuhan sempurna yang diharapkan dihadirkan kepada kita yang sedang membutuhkan.

  5.  Tidak menyalahi syariat agama.

Langkah terakhir yang harus dipenuhi seorang hamba Allah yang ingin sembuh secara sempurna adalah memastikan semua tahapan dari awal: Keikhlasan dan kesabaran, doa-doa yang dipanjatkan, ikhtiar dan tawakkalnya benar-benar bersandar hanya kepada Allah ta'ala, tidak dikotori sedikitpun kepada sesuatu yang lain.


Ketika diuji dengan sakit maka ridho dan sabarnya karena Allah.

Berdoanya kepada Allah, bukan kepada yang lain.  Bukan kepada kuburan, tidak minta kepada arwah orang yang sudah mati. Tidak bergantung kepada makhluk termasuk kepada manusia.

Ikhtiarnya mengikuti syariat, bukan yang penting sembuh, semua cara di labrak.  Tidak berobat kepada orang yang bekerja sama dengan jin karena hukumnya haram.  Tidak berobat dengan barang haram.  Raih kesembuhan dengan cara yang diridhai Allah SWT.

Dan yang terakhir, tawakkalnya kepada Allah, bukan tawakkalnya kepada dokter, ahli ruqyah, tabib, obat ataupun herbal. Apalagi bergantung kepada benda-benda pusaka atau jimat.  

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, demikianlah artikel sederhana ini dibuat; diperuntukkan terutama bagi mereka yang sedang Allah uji dengan suatu penyakit, bahwa ketika menginginkan kesembuhan jangan berputus asa atas Rahmat dan karunia Allah, insya Allah Anda akan memperoleh kesembuhan yang sempurna, mendapatkan banyak ganjaran dan keberkahan dalam kehidupan.

Kesembuhan akan sempurna ketika menjadikan kita semakin ta'at, semakin shaleh di hadapan Allah SWT dan semakin sayang kepada sesama.

Dan ketika itu terjadi, maka sakit dan payah kita akan sukses karena berhasil melewati ujian dengan hasil sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan bermanfaat dan hanya kepada Allah kita semua bertawakkal.


Terapi ruqyah rumah sehat
Jatisari, Jatiasih - Kota Bekasi 22 Desember 2020.



Tidak ada komentar:

Disqus Shortname

ads 728x90 B

Facebook

Diberdayakan oleh Blogger.