KONSULTASI TELP/WA 0813 1742 6708


terapi ruqyah gangguan jin, rahim wanita, efek setelah ruqyah, penyakit stroke, cara menghilangkan sihir, santet, guna-guna

Terapi Ruqyah Rumah Sehat

Doa ketika sedih dan kecewa yang diajarkan Rasulullah SAW

Doa ketika sedih dan kecewa yang diajarkan Rasulullah SAW


doa ketika sedih dan kecewa
mengatasi kesedihan

Doa ketika sedih dan kecewa -  Dalam kehidupan yang dijalani setiap orang yang beriman,  musibah, kehilangan, kekecewaan dan kesulitan hidup lainnya adalah sunnatullah, sesuatu yang memang harus dilalui.  

Tentu dengan berbagai tingkatannya, sesuai dengan iman yang dimiliki.

Allah subhanahu wa ta'ala telah menjamin, walaupun beban ujian itu ada, dengan Rahmat-Nya menjadi sesuatu yang dapat ditanggung.  La yukalifullaahu nafsan illa wus'aha, Allah tidak membebani seseorang diluar dari kesanggupannya.

Disisi lain, efek dari tribulasi (kesulitan, kesusahan) dalam kehidupan itu menimbulkan kegelisahan dan kesedihan.  Dan rasa sedih adalah manusiawi.

Sedih tidaklah bisa mendatangkan manfaat, tidak pula menolak bahaya. Jadi, kadang sedih itu tidak bermanfaat. Sesuatu yang tidak bermanfaat tentu tidak diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Bahkan kesedihan yang terlalu mendalam dapat membawa efek negatif kepada psikologis dan fisik seseorang, juga menimbulkan depresi yang berkepanjangan.   Dari sisi ilmu ruqyah bisa menyebabkan kepada depresi dan seringkali membuka pintu masuk kepada gangguan jin (kesurupan).

Waspadalah, ini ciri dan tanda-tanda gangguan jin

Namun perlu diperhatikan bahwa orang yang sedih tidaklah dikenai dosa jika tidak dikaitkan dengan sesuatu yang haram. Seperti yang terdapat pada orang yang tertimpa musibah sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


إنَّ اللَّهَ لَا يُؤَاخِذُ عَلَى دَمْعِ الْعَيْنِ وَلَا عَلَى حُزْنِ الْقَلْبِ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُ عَلَى هَذَا أَوْ يَرْحَمُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إلَى لِسَانِهِ

“Sungguh Allah tidaklah menghukum seseorang karena tetesan air mata dan kesedihan hati. Akan tetapi, Allah hanyalah menyiksa atau mengasihi hamba karena sebab (sabar atau keluhan) lisan ini (sambil beliau berisyarat dengan lisannya)”.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


تَدْمَعُ الْعَيْنُ وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ وَلَا نَقُولُ إلَّا مَا يُرْضِي الرَّبَّ

“Tetesan air mata dan sedihnya hati, dan tidaklah kukatakan selain yang Allah ridhoi” (HR. Muslim no.2315)

Baca juga: Cara mengobati sakit pinggang.

Dalam firman Allah Ta’ala disebutkan (mengenai kesedihan Ya’qub),


وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ

“Dan Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)” (QS. Yusuf: 84).

Ada sedih yang berbuah pahala dan terpuji. Dari sisi lain yang dinilai berpahala, bukan dari sedih itu sendiri. 

Misalnya adalah sedih karena musibah menimpa agamanya dan sedih karena musibah yang menimpa banyak kaum muslimin di belahan dunia manapun. Sedih seperti ini bernilai pahala dari sisi hati yang cenderung pada kebaikan dan membenci kejelekan. 

Akan tetapi jika sedih tersebut sampai meninggalkan hal yang diperintahkan yaitu tidak sabar, meninggalkan jihad, tidak meraih manfaat atau malah mendatangkan mudhorot (bahaya), maka sedih semacam ini jadi terlarang. Dan sedih seperti itu bisa jadi sesuai dengan dosa yang hilang karena kesedihannya.

Adapun jika sedih mengantarkan pada lemahnya iman dan lalai dari perintah Allah dan Rasul-Nya, maka sedih kala itu menjadi tercela dari sisi ini.


Kemudian bagaimana caranya kita bisa mengatasi kesedihan? 

Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung dan angin bertiup sangat kencang menerjang, maka semua penumpang kapal sama berteriak: "Ya Allah".

Ketika seseorang tersesat di tengah hutan, tiada kompas untuk menentukan arah, sedangkan perbekalan sudah habis, maka dia akan berseru: "Ya Allah".

Ketika musibah melanda, bencana menimpa dan tragedi mengerikan terjadi, mereka semua yang terlibat akan berdesah: "Ya Allah".
(La Tahzan)

Benar....kepada Allah sajalah...yang milik-Nya semua kekayaan, keabadian, kekuatan, keperkasaan, pertolongan, kemuliaan, kemampuan dan hikmah.

Allah subhanahu wa ta'ala, Robbal 'Aalamiin yang menciptakan segala sesuatunya termasuk kita semua adalah tempat yang paling tepat, bahkan satu-satunya untuk mengatasi segala persoalan.

Oleh karena itu, setiap beban yang terasa semakin berat dipikul, jiwa terhimpit karena terasa bumi semakin sempit, maka serulah hanya kepada Allah Robbul Izzah.

Cara pertama, lakukan dan perbanyak istighfar.

Perbanyak istighfar dan mohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan dan kekeliruan.  

Istighfar secara harfiah artinya memohon ampunan. Ampunan Allah Ta’ala dapat diraih dengan istighfar yang diucapkan dengan tulus dan ikhlas serta diiringi pertaubatan yang sebenarnya dan  sungguh-sungguh. 


Tak ada yang bisa menjamin manusia bersih dari dosa. Karena itu, Allah menganjurkan hamba-Nya untuk senantiasa beristighfar atas segala kesalahan dan dosa yang diperbuat. 


Istighfar memiliki banyak manfaat dan keutamaan. Tidak saja di dunia, namun juga di akhirat. Di antaranya, istighfar bisa menghapus dosa sebagaimana api yang melahap kayu hingga habis.



Selain itu, istihgfar juga bisa mengangkat azab. Sebab, dosa yang dilakukan manusia, baik secara individu maupun kolektif bisa mengundang azab dan murka Allah Ta’ala.

Dan salah satu cara mengangkat azab itu dengan istighfar. Sebagaimana yang termaktub dalam al Quran surah Al Anfal 33.

وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun (istighfar).” (QS. Al-Anfaal: 33)

Orang yang beristighfar hidupnya akan merasa aman, damai, dan selalu diliputi ketenangan jiwa. Sebab, hidupnya akan terarah dan merasa diawasi oleh sang Khaliq. 

Kemudian jiwanya akan selalu takut jika berbuat salah dan dosa. Ia akan selalu kembali dan meninggalkan dosa yang telah diperbuat.

وأن استغفروا ربكم ثم توبوا إليه يمتعكم متاعا حسنا إلى أجل مسمى ويؤت كل ذي فضل فضله وإن تولوا فإني أخاف عليكم عذاب يوم كبير

"dan meminta kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat untuk-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada setiap orang yang memiliki keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat" (QS: Huud 3).

Istighfar juga memiliki faedah lainnya. 

Efeknya tidak saja individual yang ditandai dengan diampuninya dosa, tapi juga bisa bisa menjadi sebab turunya hujan. Sebagaimana yang dikatakan Allah dalam QS Nuh: 10-11. 

Bila suatu negeri dilanda kekeringan dan kemarau panjang karena dosa kolektif yang menumpuk dan penduduknya tidak pandai untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.

Terakhir, istighfar akan menghilangkan kesusahan, gundah gulana, dan mengundang terbukanya pintu rezeki. Sebagaimana yang tertera dalam kitab Riyadhus Shalihin dalam hadits riwayat Abu Dawud dijelaskan, “Barangsiapa yang terbiasa istighfar, Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kesusahannya, dan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Istighfar adalah perbuatan simpel dan mudah untuk dilakukan. Tidak terlalu butuh tenaga ekstra dan waktu khusus. Di rumah, di pasar, di kantor, dan di masjid. Waktu berbaring, duduk, dan mengendara mobil. Istighfar bisa dilakukan. 

Namun, faktanya, kita sering alpa. Padahal, dengan istighfar yang tulus, dosa kita akan diampuni dan juga mengundang selaksa faedah lainnya. Oleh karena itu, mari perbanyak istighfar.

اللهم اغفرلي ,اللهم ارحمني ,أستغفر الله و أ تبو إ ليه

“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah aku. Aku meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah.” 

Cara kedua, berdoa kepada Pemilik Alam, Allah SWT.




Doa pertama,

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ 
قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ

Allahumma Innii ‘Abduka, ibnu ‘Abdika, ibnu Amatika, Naashiyati Biyadika, Maadhin fiyya Hukmuka, ‘Adlun fiiya Qodlo-uka, As-aluka Bikulli Ismin, Huwa Laka, Sammaita Bihi Nafsaka, Au Anzaltahu fii Kitaabika, Au ‘Allamtahu Ahadan Min Kholqika, Awista’tsarta Bihi Fii ‘ilmil Ghoibi ‘indaka, An Taj’alal Qur’ana Robii’a Qolbi wa Nuuro shodri, wa Jala-a Huzni, wa Dzahaaba Hammii.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (anak keturunan nabi Adam) dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa, istri nabi Adam). Ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, Qodho-Mu (takdir dan ketetapan-Mu) kepadaku adalah adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.” (HR. Ahmad dan selainnya. Dan derajatnya di-SHOHIH-kan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah).

Doa yang kedua,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ، وَقَهْرِ الرِّجَالِ

“Allohumma Innii A’uudzu Bika Minal Hammi Wal Hazani, Wa A’uudzu Bika Minal ‘Ajzi Wal Kasali, Wa A’uudzu Bika Minal Jubni Wal Bukhli, Wa A’uudzu Bika Min Gholabatid Daini Wa Qohrir Rijaali.”


Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari (hal-hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, sifat lemah dan malas, kikir dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.” (HR. Al-Bukhori).

Atau bisa juga kita berdoa dengan doa-doa dengan bahasa yang kita pahami sendiri asal tidak mensyirikkan Allah dengan selain-Nya.

Bisa diawali dengan shalawat dan pujian-pujian kepada Allah:

"Ya Rabb yang Maha Menatap, wahai yang Maha Agung dan Maha Perkasa".

"Ya Allah, wahai yang Maha Tahu segala lumuran aib dan maksiat, ampunilah sebusuk apa pun diri kami selama ini"

"Ampuni ya Allah sekelam apapun masa lalu kami, tutup seburuk apapun aib-aib kami" 

Kemudian dilanjutkan dengan doa-doa khusus berikut, sesuai dengan hajat dan keperluan.

Ketika datang ujian karena musibah, kehilangan, ketakutan:  

"Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan kesedihan ini awal kebahagiaan, dan sirnakan rasa takut ini dengan ketentraman".

Ujian kesedihan disebabkan keburukan orang lain: 

"Ya Allah, dinginkanlah panasnya qalbu dengan salju keyakinan, dan padamkanlah bara api jiwa dengan air kedamaian dan keimanan"

Musibah sakit bertahun-tahun tidak dapat memejamkan mata di malam hari (seperti yang dialami salah satu pasien ruqyah, 10 tahun tidak bisa tidur di malam hari): 

"Ya Allah, wahai Rabb, anugerahkanlah mata yang tidak dapat terpejam ini rasa kantuk dari-Mu yang menentramkan hati.  Tuangkanlah dalam jiwa yang bergolak ini kedamaian"

Bisa juga sebagai permintaan kepada Allah sebagai doa penenang hati yang gelisah.

Kemudian bisa ditambahkan sebagai akhir doa kita dengan permintaan berikut, sebelumnya di bagian paling akhir kita sampaikan shalawat atas Nabi dan hamdalah.

"Ya Allah, sirnakan dari kami rasa sedih dan duka dan hilangkan kegundahan hati dan berikanlah hati-hati ini ketenraman dan cahaya dari-Mu ya Allah".

"Kami berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera.  Hanya kepada-Mu kami bersandar dan bertawakkal.  Hanya kepada-Mu kami memohon dan hanya dari-Mu datang semua pertolongan.  Cukuplah Engkau sebagai Pelindung kami, karena Engkau adalah sebaik-baik Pelindung dan Penolong, Ya Robbal Aalamiin".
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat. Dan semoga Allah menganugerahkan kepada kita semua kehidupan yang bahagia dan selamat di dunia dan akhirat. Amiin.

Wallahu a'lam


Terapi ruqyah Rumah Sehat
Pojokan Jatisari, Kota Bekasi 24 Januari 2019.


Maraji'e: 
www.diruqyahsaja.com
www.wikihow.com
La Tahzan - DR. Aidh Al Qarni
Tafsir Qur'an Online
Riyadhus Shalihin, Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawy 


Tags: #ayat al Qur'an pengobat kesedihan #doa menghilangkan kesedihan dan kesusahan #doa ketikas sedih dan galau #zikir penenang hati dan jiwa #doa agar hati tenang dan ikhlas #doa penyejuk hati dan pikiran #bacaan dzikir supaya hati tenang #doa penerang hati latin


5 Hadist Tentang Kencing Sambil Berdiri

5 Hadist Tentang Kencing Sambil Berdiri

hadist kencing berdiri dalam Islam

Hadist kencing berdiri dalam Islam - Memang banyak pertanyaan dibenak kita khususnya laki-laki Muslim mengenai buang air kecil sambil berdiri.  Hal ini mungkin berkenaan dengan kondisi masa kini yang dihadapi; diantaranya bentuk pakaian celana panjang yang biasa dikenakan yang agak sulit digunakan untuk buang air kecil sambil jongkok.

Disisi lain fasilitas umum toilet yang ada di perkantoran, mall-mall dan tempat-tempat umum lainnya yang tidak memberikan fasilitas untuk buang air kecil dengan berjongkok.

Baca juga: Gangguan jin di otak yang menyebabkan berbagai macam penyakit

Lalu bagaimana hukumnya kalau buang air kecil (kencing) dilakukan sambil berdiri? Khususnya bagi pria Muslim.

Ada lima hadits yang membicarakan mengenai masalah ini. Tiga hadits adalah hadits yang shahih. Sedangkan dua hadits lainnya adalah dho’if (lemah).


Hadits Pertama


Hadits pertama ini menceritakan bahwa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengingkari kalau ada yang mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi pernah kencing sambil berdiri.

‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- mengatakan,

مَنْ حَدَّثَكُمْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَبُوْلُ قَائِمًا فَلاَ تُصَدِّقُوْهُ مَا كَانَ يَبُوْلُ إِلاَّ قَاعِدًا

“Barangsiapa yang mengatakan pada kalian bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kencing sambil berdiri, maka janganlah kalian membenarkannya. (Yang benar) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa kencing sambil duduk.” (HR. At Tirmidzi dan An Nasa’i). Abu Isa At Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang lebih bagus dan lebih shahih dari hadits lainnya tatkala membicarakan masalah ini.”


Baca juga: 

Hadits Kedua

Hadits ini menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kencing sambil berdiri. Bukhari membawakan hadits ini dalam kitab shahihnya pada Bab “Kencing dalam Keadaan Berdiri dan Duduk.”

Hudzaifah –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,

أَتَى النَّبِىُّ ، ( صلى الله عليه وسلم ) ، سُبَاطَةَ قَوْمٍ ، فَبَالَ قَائِمًا ، فَدَعَا بِمَاءٍ ، فَجِئْتُهُ بِمَاءٍ ، فَتَوَضَّأَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi tempat pembuangan sampah milik suatu kaum. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kencing sambil berdiri. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta diambilkan air. Aku pun mengambilkan beliau air, lalu beliau berwudhu dengannya.” (HR. Bukhari no. 224 dan Muslim no. 273).

Hadits ini tentu saja adalah hadits yang shahih karena disepakati oleh Bukhari dan Muslim. Ibnu Baththol tatkala menjelaskan hadits ini mengatakan, “Hadits ini merupakan dalil bolehnya kencing sambil berdiri.”


Hadits Ketiga

Hadits berikut menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kencing sambil duduk.

‘Abdurrahman bin Hasanah mengatakan,

خَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ فِي يَدِهِ كَهَيْئَةِ الدَّرَقَةِ قَالَ : فَوَضَعَهَا ، ثُمَّ جَلَسَ فَبَالَ إِلَيْهَا

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar bersama kami dan di tangannya terdapat sesuatu yang berbentuk perisai, lalu beliau meletakkannya kemudian beliau duduk lalu kencing menghadapnya.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad.)


Hadits Keempat

Hadits berikut ini membicarakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang Umar kencing sambil berdiri, namun hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah).

‘Umar –radhiyallahu ‘anhu- berkata,

رَآنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَبُولُ قَائِمًا فَقَالَ :« يَا عُمَرُ لاَ تَبُلْ قَائِمًا ». قَالَ فَمَا بُلْتُ قَائِمًا بَعْدُ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku kencing sambil berdiri, kemudian beliau mengatakan, “Wahai ‘Umar janganlah engkau kencing sambil berdiri.” Umar pun setelah itu tidak pernah kencing lagi sambil berdiri.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Syaikh Al Huwainiy –ulama hadits saat ini- mengatakan, “Ibnul Mundzir berkata bahwa hadits ini tidak shahih. Adapun Asy Syaukani sebagaimana dalam As Sail Al Jaror mengatakan bahwa As Suyuthi telah menshohihkan hadits ini!! Boleh jadi As Suyuthi melihat pada riwayat Ibnu Hibban. Lalu beliau tidak menoleh sama sekali pada tadlis yang biasa dilakukan oleh Ibnu Juraij. Sebagaimana kita ketahui pula bahwa As Suyuthi bergampang-gampangan dalam menshohihkan hadits. Kemudian hadits ini dalam riwayat Ibnu Hibban dikatakan dari Ibnu ‘Umar. Namun sudah diketahui bahwa hadits ini berasal dari ‘Umar (ayah Ibnu ‘Umar). Saya tidak mengetahui apakah di sini ada perbedaan sanad ataukah hal ini tidak disebutkan dalam riwayat Ibnu Hibban?!”

Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Al Fath mengatakan, “Tidak terdapat dalil yang shahih yang menunjukkan larangan kencing sambil berdiri.” Dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar, dari ‘Umar, beliau berkata, “Aku tidak pernah kencing sambil berdiri sejak aku masuk Islam”. Sanad hadits ini shahih. Namun dari jalur lain, dari Zaid, beliau berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar kencing sambil berdiri”. Sanad hadits ini juga shahih. Oleh karena itu, hal inilah yang dilakukan oleh ‘Umar dan ini menunjukkan telah jelas bagi ‘Umar bahwa tidak mengapa kencing sambil berdiri”.

Artikel lain:


Hadits Kelima

Hadits berikut menunjukkan bahwa kencing sambil berdiri adalah termasuk perangai yang buruk, namun hadits ini juga adalah hadits yang dho’if (lemah).

Dari Buraidah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثلاثٌ مِنَ الجَفاءِ أنْ يَبُولَ الرَّجُلُ قائِماً أوْ يَمْسَحَ جَبْهَتَهُ قَبْلَ أنْ يَفْرَغَ مِنْ صَلاتِهِ أوْ يَنْفُخَ في سُجُودِهِ

“Tiga perkara yang menunjukkan perangai yang buruk: [1] kencing sambil berdiri, [2] mengusap dahi (dari debu) sebelum selesai shalat, atau [3] meniup (debu) di (tempat) sujud.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam At Tarikh dan juga oleh Al Bazzar)

Syaikh Al Huwaini –hafizhahullah- mengatakan, “Yang benar, hadits ini adalah mauquf (cuma perkataan sahabat) dan bukan marfu’ (perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Di tempat sebelumnya, Syaikh Al Huwaini mengatakan bahwa hadits ini ghoiru mahfuzh artinya periwayatnya tsiqoh (terpercaya) namun menyelisihi periwayat tsiqoh yang banyak atau yang lebih tsiqoh.[4] Jika demikian, hadits ini adalah hadits yang lemah (dho’if).


Menilik Perselisihan Para Ulama

Dari hadits-hadits di atas, para ulama akhirnya berselisih pendapat mengenai hukum kencing sambil berdiri menjadi tiga pendapat.

Pendapat pertama: dimakruhkan tanpa ada udzur. Inilah pendapat yang dipilih oleh ‘Aisyah, Ibnu Mas’ud, ‘Umar dalam salah satu riwayat (pendapat beliau terdahulu), Abu Musa, Asy Sya’bi, Ibnu ‘Uyainah, Hanafiyah dan Syafi’iyah.

Pendapat kedua: diperbolehkan secara mutlak. Inilah pendapat yang dipilih oleh ‘Umar dalam riwayat yang lain (pendapat beliau terakhir), Zaid bin Tsabit, Ibnu ‘Umar, Sahl bin Sa’ad, Anas, Abu Hurairah, Hudzaifah, dan pendapat Hanabilah.

Pendapat ketiga: diperbolehkan jika aman dari percikan, sedangkan jika tidak aman dari percikan, maka hal ini menjadi terlarang. Inilah madzhab Imam Malik dan inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnul Mundzir.


Berikut ceramah Ustadz Abdul Somad tentang kencing sambil berdiri,


Pendapat Terkuat

Pendapat terkuat dari pendapat yang ada adalah kencing sambil berdiri tidaklah terlarang selama aman dari percikan kencing. Hal ini berdasarkan beberapa alasan:

1. Tidak ada hadits yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kencing sambil berdiri selain dari hadits yang dho’if (lemah).

2. Hadits yang menyebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kencing sambil duduk tidaklah bertentangan dengan hadits yang menyebutkan beliau kencing sambil berdiri, bahkan kedua-duanya diperbolehkan.

3. Terdapat hadits yang shahih dari Hudzaifah bahkan hadits ini disepakati oleh Bukhari dan Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kencing sambil berdiri.

4. Sedangkan perkataan ‘Aisyah yang mengingkari berita kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu kencing sambil berdiri hanyalah sepengetahuan ‘Aisyah saja ketika beliau berada di rumahnya. Belum tentu di luar rumah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak kencing sambil berdiri. Padahal jika seseorang tidak tahu belum tentu hal tersebut tidak ada. Mengenai masalah ini, Hudzaifah memiliki ilmu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kencing sambil berdiri. Jadi, ilmu Hudzaifah ini adalah sanggahan untuk ‘Aisyah yang tidak mengetahui hal ini.

Wallahu a'lam



Maraji: dari berbagai sumber



Tags:
#hadits tentang kencing #kencing berdiri ancam kesehatan pria
#adab buang air kecil bagi laki laki dalam islam
#adab kencing laki laki menurut islam
#hadits dilarang kencing sambil berdiri 
#cara kencing menurut sunnah #kenapa cowok kencing berdiri
#cara kencing jongkok pria #pertanyaan tentang kencing berdiri
#hukum kencing sembarangan
#cara kencing duduk #berdehem setelah kencing
#hadits tentang membersihkan air kencing
#hukum kencing menghadap kiblat #pria kencing berdiri

#kencing laki laki #hadist kencing berdiri dalam Islam












Perangkat-perangkat Dakwah Kepada 40 Tetangga

Perangkat perangkat dakwah kepada 40 tetangga

Tag: P40tang

Perangkat-perangkat dakwah kepada 40 tetangga

Dakwah (Arab: دعوة‎, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat mengajak, menyeru,  dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Berdakwah adalah kewajiban setiap Muslim, Muslim laki-laki ataupun perempuan tentunya dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.  

Banyak orang yang beranggapan bahwa berdakwah itu adalah kewajiban da’i, ustadz, kyai, habaib atau orang-orang yang faham agama.  Lapangan dakwah juga terbatas pada majelis ta’lim, mimbar-mimbar jum'at, tabligh akbar dan semacamnya.  Orang yang berdakwah akhirnya hanya identik dengan orang yang berceramah. Dengan pandangan ini, seorang muslim yang bukan da’i atau ustadz merasa tidak punya tanggung jawab dalam berdakwah.

Dakwah bukan hanya domain seorang da'i yang kita fahami selama ini, bahkan kita semua adalah da'i-da'i yang menyerukan dan menebar kebaikan ke segala arah, dan tetangga adalah salah satu yang paling utama.

Berdakwah adalah peluang pekerjaan yang paling utama di dunia ini, peluang yang dimiliki oleh kita semua, menyebarkan kebaikan-kebaikan ke segala penjuru, pekerjaan yang diwariskan para Nabi dan Rasul.

Tetangga adalah salah satu objek dakwah yang utama setelah dakwah kepada keluarga.  Islam memberi kedudukan yang istimewa bagi tetangga, karena mereka yang hidup berdampingan dengan kita.


وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً


Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An-Nisa [4]: 36)

Dan perbuatan baik (ihsan) itu diantaranya adalah menjadikan mereka para tetangga itu beragama dan beribadah dengan lebih baik dari sebelumnya. Dengan dakwah kita para tetangga memiliki kefahaman yang lebih baik dengan agamanya. 


Lalu siapakah yang dimaksud dengan tetangga?

Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan,Kata tetangga mencakup muslim maupun kafir, ahli ibadah maupun ahli maksiat, teman dekat dan bahkan seorang musuh, pendatang maupun penduduk asli, yang suka membantu maupun yang suka merepotkan, yang dekat maupun yang jauh, yang rumahnya berhadapan maupun yang yang bersampingan.”

Al-Hafidz Ibn Hajar juga memberikan keterangan bahwa yang termasuk tetangga adalah lingkup 40 rumah dari segala arah.


عَنْ عَائِشَةَ حَدُّ الْجِوَارِ أَرْبَعُونَ دَارًا مِنْ كُلِّ جَانِبٍ وَعَنِ الْأَوْزَاعِيِّ مِثْلَهُ

Dari Aisyah, batasan tetangga adalah 40 rumah dari segala penjuru, demikian pula pendapat dari Al-Auza’i.

Beliau (Ibn Hajar al Asqalani) juga menyampaikan riwayat lain dalam kitabnya Fathul Bari,

وَأخرج بن وهب عَن يُونُس عَن بن شِهَابٍ: أَرْبَعُونَ دَارًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ وَمِنْ خَلْفِهِ وَمِنْ بَيْنَ يَدَيْهِ

Diriwayatkan oleh Ibn Wahb, dari Yunus, dari Ibn Syihab, “Tetangga adalah 40 rumah, ke kanan, kiri, belakang dan depan".


Kemudian persiapan seperti apa yang harus disediakan agar dakwah kepada tetangga menjadi efektif?


Yang pertama, hafalkan, kuasai, renungi dan amalkan apa yang disampaikan oleh as Syahid yang disebutkan dalam 10 rukun:  al Fahmu, al Ikhlas, al 'Amal, al Jihad, at Tadhhiyyah, at Tho'at, ats Tsabat, at Tajarrud, al Ukhuwwah, ats Tsiqoh. 

Yang kedua, as shilatu al mashlahiyatu ad da'wiyah, berusaha mempunyai kemampuan dan membangun komunikasi positif dan bermanfaat dengan para tetangga. Kuasailah teknik-teknik berbicara dalam rangka mempengaruhi kepada arah yang lebih baik.  Berbicara dengan objek dakwah dengan tetangga di kampung-kampung tentunya berbeda dengan tetangga yang berada di perumahan-perumahan yang umumnya adalah para pendatang yang mempunyai wawasan dan pendidikan lebih baik.

Allah berfirman dalam surat ar Rahman:


الرَّحْمَنُ (١) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢) خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (٤)

"(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran.
Dia menciptakan manusia. mengajarnya pandai berbicara."

Yang ketiga, al ihya al 'aadat al Islamiyyah
, menghidupkan tradisi-tradisi keislaman, diantaranya selalu mengucapkan salam ketika menemui atau bertemu dengan tetangga.  Diantaranya juga mensyiarkan pakaian ataupun penampilan secara Islami ataupun memberikan hadiah, yang walaupun bernilai kecil, niscaya akan melembutkan hati-hati mereka dan akan memudahkan dakwah kita kepada mereka.

Yang keempat, at ta'arufu bil jiraani fardan fardan, mengenal dengan lebih mendalam kondisi tetangga, diantaranya mengenal nama-nama mereka, keluarganya dan juga mengetahui pekerjaannya.  Bagaimana kita bisa berdakwah kepada tetangga kalau kita saja tidak mengenal bahkan nama-nama mereka.

Yang kelima, al isytirak ad da'wi (maaliyan, fikriyan, jasadiyan).  Partisipasi dakwah itu mengerahkan segenap daya yang dimiliki yang merupakan anugerah Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita termasuk diantaranya adalah harta, pemikiran dan tenaga yang kita miliki. 

Kalau hari ini kita memiliki tanggung jawab dan kewajiban berdakwah kepada para tetangga dengan mensyiarkan dan mensukseskan P40tang,  maka kelima hal diatas mesti kita persiapkan, dalam rangka mensukseskan kerja-kerja dakwah menebar kebaikan ke segala penjuru diantaranya kepada tetangga-tetangga kita sendiri.

Yang terakhir, dakwah adalah warisan para Nabi dan Rasul, orang-orang muttaqin, dan para pejuang Islam, mereka semua adalah pedakwah-pendakwah yang selalu menjadikan pekerjaan ini hidup dan mati mereka, menjadikan aliran-aliran darah mereka yang setiap tetestnya diperuntukan untuk dakwah (Islam).

Oleh karena itu bergembiralah mereka yang sudah berada di jalan ini, karena ini adalah bagian yang tidak bisa dinilai dengan kehidupan dunia ini, bersyukurlah kepada Allah dengan mengerahkan segenap yang ada pada diri untuk selalu mensyiarkan ke Agungan Allah Subhanahu wa Ta'ala.


Wallahu a'lam


Arif
Pojokan Jatisari, kota Bekasi 14 Januari 2019


Tags:
#dakwah Islam
#program P40Tang
#P40Tang






















Inna Ma'al Usri Yusro Sebagai Pegangan Hidup

Inna Ma'al Usri Yusro Sebagai Pegangan Hidup


inna ma'al usri yusro
setiap ada kesulitan, ada kemudahan


Inna ma'al usri yusro dengan berbagai manfaat yang ada di kandungannya - Nasihat ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri dan juga kepada mereka:
  • yang sedang diliputi kesulitan dan kesusahan
  • yang sedang menderita sakit, baik diri maupun orang yang disayangi...
  • yang sedang kelaparan karena tidak ada makanan yang dimakan...
  • yang sedang kebingungan mencari jalan keluar atas persoalan yang menyesakkan dada...
  • yang susah tidur di malam hari karena sakit atau karena banyaknya urusan dan persoalan...
  • yang sedang berada di dalam kegelapan yang menghinakan
  • yang sedang susah mencari penghidupan...
  • yang sedang berada di dalam kehampaan...
  • yang kesehariannya dilanda ketidak puasan...
  • yang sedang berada di dalam kesesatan yang menjerumuskan...
  • yang rumah tangganya sedang dilanda ketidak harmonisan...
  • yang sedang gelisah, menangis dan ketakutan....
maka ketahuilah...


Maka ketahuilah, setelah haus ada kepuasan, setelah lapar ada kenyang, dan setelah sakit mendera ada kesembuhan yang menyamankan.

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا


"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (al Insyirah: 5)

Setiap yang hilang pasti ketemu atau diganti yang semisal atau bahkan lebih baik, setelah kesesatan pasti akan datang petunjuk kepada arah yang benar, dan setelah kegelapan pasti akan datang sinar yang menerangkan.

Untuk anda yang sedang didera kesulitan dan kesusahan hidup, lihatlah sumur yang kering....pertanda sebentar lagi akan turun hujan (KH Rahmat Abdullah)

Dan untuk mereka yang rumah tangganya sedang dilanda ketidak harmonisan, maka kabarkanlah bahwa sebentar lagi akan datang kelembutan dan dekapan hangat dalam kenikmatan hidup.
Disaat kita mendaki gunung yang terjal nan tinggi, ketahuilah setelahnya adalah jalan turun (keluar) yang meringankan kehidupan.  Dan disaat melihat hamparan padang pasir nan luas tiada batas maka ketahuilah di balik itu terdapat kebun-kebun yang rimbun yang menyejukkan dan buah-buahan segar yang menyenangkan.

Inna ma'al usri yusro - Setiap tangisan akan berubah menjadi senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman dan kegelisahan akan hilang oleh kedamaian.

Dan ketika kita melewati itu semua kita akan terucap alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang mengatur semuanya menjadi demikian indah...semuanya sangat terasa ringan...Maha Besar Allah yang telah menolong para hamba-Nya yang berupaya mendekat kepada-Nya.

Kobaran api tidak mampu membakar tubuh suci Ibrahim AS dan itu karena pertolongan Ilahiah.


قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ



Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", (al Anbiya: 69)


#Alam nasyrah laka shadrak - 
Lautan luas dan pasukan buas tak mampu menghancurkan Musa dan rombongannya yang terjepit...lantaran kasih sayang Allah yang menyertai Nabi Musa dan pengikutnya.



قَالَ كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku".(Asy-Syu'ara: 62)

Keyakinan Musa sangat kuat akan pertolongan Tuhannya, dengan keyakinan bahwa Allah beserta dengan mereka.

Demikian juga dengan kebersamaan Allah menyertai Rasulullah Muhammad SAW dan Abu Bakar yang dikejar rombongan durjana di dalam sebuah gua.  Ketika detak jantung hampir melewat tenggorokan Abu Bakar, maka Rasulullah menenangkannya dengan mengabarkan bahwa Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka.  Sehingga yang terjadi kemudian adalah ketenangan, ketentraman dan rasa aman datang menyelimuti Abu Bakar.

Inna ma'al usri yusro...

Untuk mereka yang sedang mengalami kesulitan dan kesusahan hidup, sakit yang berkepanjangan, maka ketahuilah itu adalah sunnatullah dalam kehidupan.  Sesuatu yang harus dan mesti dilewati ketika kita menapaki setiap sisi umur yang Allah berikan.
Dan itu namanya cobaan dan ujian.

Masalahnya adalah..
Apakah kita bisa memperkokoh ibadah dan bertambah taqarrub kita kepada Sang Pemilik Alam? Atau malah keadaan itu menjadikan kita kehilangan kemudi iman?

#Alam nasyrah laka shadrak - Lalu dengan dalih kesulitan dan kesusahan hidup dijadikan sebagai sarana untuk semakin jauh dari Allah dengan merusak iman dan akhlaknya.  Memberikan peluang sepenuh-penuhnya kepada setan agar mendominasi akal dan pikirannya, lalu kemudian membuat angkara murka dan kejahatan yang bertentangan dengan keimanan dan ketaatan?

Saya sendiri pernah bertemu dengan seseorang yang berhenti berpuasa ramadhan karena kesal harta miliknya dicuri orang, dan itu dikatakannya dengan terus terang.  Astaghfirullah.

Allah Maha Tahu tentang diri orang yang semua berada di dalam genggaman dan pemeliharaan-Nya.  Allah tidak akan merusak hamba-hamba-Nya yang tidak kuat memikul beban dunia, tapi merekalah yang merusak dan menjerumuskan diri mereka sendiri.

Adalah suatu amalan yang utama, apabila kita memahami benar setiap pemberian ataupun sesuatu yang diambil atau ditahan oleh Allah SWT.  Menerima semua itu dengan ridha dan penuh ketaatan.  Terus meniti jalan kehidupan ini dengan me-matching-kan apa yang Allah kehendaki dengan apa yang kita ingini.  Dengan demikian hidup akan menjadi lebih indah dalam segala situasi.

#Alam nasyrah laka shadrakMereka yang terpaku pada kondisi dan waktu yang terbatas akan melihat semuanya adalah susah, sulit, sakit dan sengsara.  Lihatlah dibelakang tabir, cobalah gali semua kemungkinan hikmah yang ada dalam segala kondisi itu dengan pegangan Allah Maha Kasih kepada hamba-NYa.


Kemudian rentangkanlah waktu yang lebih jauh dari yang terlihat saat ini, lihatlah di ujung sana....dan kita sedang menuju kesana...dimana di tempat itu kita bertemu dengan Allah Jalla Jalaaluh.  Tempat dimana segala kesulitan dan kesusahan akan hilang tanpa bekas, tidak ada persoalan dan beban lagi sesudahnya, yang ada hanya kenikmatan tiada batas....bahkan ketika ditanya...orang yang paling menderita di dunia ini akan hilang ingatannya dan tiada bekas sama sekali akan penderitaannya itu.  Maha Besar Allah.


Sekali lagi nasihat ini dipersembahkan untuk kita semua, agar jangan pernah merasa terhimpit walau sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti ada perubahannya.  Dan sebaik-baik amal adalah menanti kemudahan-kemudahan yang Allah sediakan dengan penuh kesabaran.

Dan kita yakin Allah menciptakan suatu kondisi yang baru yang lebih nyaman untuk kita nikmati setelahnya, dengan makin taqarrub kepada-Nya.  Dan kita yakin pula setelah kesulitan akan muncul kemudahan.

Kalimat "inna ma'al usri yusro" yang mempunyai arti "bahwa sesungguhnya bersama dengan kesulitan ada kemudahan" merupakan salah satu ayat dalam surat al Insyirah.

Surat Al Insyirah sendiri adalah salah satu surat pendek diantara 114 surat yang ada di dalam Al Quran,  Penamaan surat Al Insyirah diambil dari bunyi ayat pertamanya yakni kalimat Alam Nasyrah, dan kalimat tersebut menjadi nama lain dari surat Al Insyirah ini. 

Dan dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasannya isi kandungan surat Al Insyirah ini adalah penghibur hari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan juga bagi kita ummat Muhammad yang ada sekarang ini.

Adapun isi pokok dan kandungan dari surat Alam Nasyrah bisa dilihat dibawah ini:


  • Dalam surat Al Insyirah atau surat Alam Nasyrah terdapat kandungan yang menegaskan seputar nikmat-nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan pada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam. Sehingga sangat wajar jika surah ini menjadi surat yang menghibur hati Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam.
  • Dalam surat ini terdapat kalimat ” bahwa sesungguhnya di balik setiap kesusahan pasti ada ada kemudahan” . Dan untuk itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam diperintahkan agar senantiasa mengerjakan amal-amal saleh serta bertawakal pada Allah Ta’ala.
  • Disebutkan juga dalam surat ini bahwasannya Allah Azza Wa Jalla menurunkan perintah-perintah yang di tujukan untuk Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam sebagai manusia sempurna.
  • Adapun surat lain yang masih ada kaitannya dengan Surat Alam-Nasyrah adalah Surat At-Tiin. Apabila di dalam surat Alam-Nasyrah terdapat perintah untuk Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam sebagai manusia sempurna, maka di dalam Surat At-Tiin terdapat penjelasan bahwasannya manusia memiliki kesanggupan secara lahir serta batin yang akan tercapai jika mereka mengikuti Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam.



Wallahu a'lam
Terapi Ruqyah Rumah Sehat


Pojokan Jatisari 5 Januari 2019

Maraji' :
www.diruqyahsaja.com
Tafsir al Qur'an Online
La Tahzan - Dr. Aidh al Qarni
Syarah al Hikam ibnu Ataillah- Syeikh Muhammad bin Ibrahim Ibnu 'Ibad


Tag:

#alam nasroh
#al insyirah
#setelah kesulitan ada kemudahan
#inna ma'al usri yusro
#alam nasyrah laka shadrak


















Disqus Shortname

ads 728x90 B

Facebook

Diberdayakan oleh Blogger.